Sunday, 4 August 2013

Sebagai pecinta film, Ouarzazate adalah tempat yang saya tunggu. Pasalnya, kota ini merupakan pemilik salah satu studio film terbesar dan banyak menerima orderan dari Hollywood yaitu Atlas Studio. Senyum mengembang ketika mobil masuk ke area lobby studio. Dari luar tampak kolam renang dan ruang tunggu yang teduh. Usai membeli tiket, kami duduk manis di lobby menikmati semilir AC yang dingin. Tiketnya lumayan murah 50 DHM atau setara dengan 60 ribu rupiah. Duapuluh menit, kami menunggu sambil mengharap tour kali ini banyakan indoor dan ber-AC juga. Ini tentunya harapan semu ya. Semua setting, props dan lokasi syuting adanya di padang pasir terbuka. Jeng jeng…. siap-siap pingsan!

0

Saturday, 3 August 2013

Panasnya gurun sudah makin terasa menggigit. Pemandangan pohon di pinggir jalan juga makin jarang saja. Kami sih jangan ditanya. Sudah mulai berhalusinasi melihat tukang jualan es cincau, es kelapa, es podeng. oh.. oh..oh. Mendadak saja merasa bersyukur dilahirkan di Indonesia yang gemah ripah loh jinawi. Nggak kebayang kalau tinggal di tengah tanah gersang ini. Muka memelas kami membuat Abdelillah kasihan. Sopir kami ini memang juara banget. Inisiatif sangat tinggi. Langsung deh dia parkir di supermarket yang jualan es krim dan punya air mineral dingin. Nyessss.. rasanya!!

Dan ngomong-ngomong rasa bersyukur, puncaknya sih pas kita sampai di Ait Benhaddou. Sebuah perkampungan asli suku Berber dengan bangunan berarsitektur khas Maroko Selatan. Sedikit dari tipe bangunan yang mulai langka karena orang Maroko mulai beralih ke bangunan modern. Konstruksinya yang terbuat dari tanah kering dan tanah liat memerlukan perawatan khusus dan mulai rapuh karena terpaan badai atau hujan. Maka dari itu UNESCO mengadopsinya menjadi salah satu World Heritage. 

Ksar Ait Benhaddou. Sisa-sisa kejayaan jalur perdagangan Marakesh-Sahara-Timbuktu.
Semuanya dari tanah liat

0


Road trip keliling Maroko memang udah yang paling benar deh. Meskipun negara ini tampak kurang maju dan tandus, tapi qualitas jalan-nya nggak memalukan. Mulus lus lus tanpa bolong-bolong. Sambil sekali-kali akan berpapasan dengan polisi-polisi dengan profil eksotis lagi patroli. Bisa dibayangkan hasil perpaduan Perancis, Arab dan Afrika? Hmm.. gitu dehh. Sedap dipandang! Tapi di sisi lain mereka sangat disiplin. Banyak banget pemeriksaan di sini. Pemeriksaan SIM, pemeriksaan random untuk perlengkapan perjalanan. Driver kami, Abdelillah, ditilang karena di kotak P3K-nya nggak ada Betadine. Saya tanya, " kenapa ngga bayar aja?", katanya sih nggak bisa. Wow!! Kita sih senang-senang saja banyak pemeriksaan. Itung-itung dapat pemandangan gratis polisi-polisi keren.

Yang nggak kalah hebat lagi adalah sinyal telefon. Walaupun dimanapun, kapanpun, sinyal nyambung terus. Beda banget dengan Tel**mshit dan Ind*shit. Sinyal selular sangat reliable. Makanya Abdelillah sebagai driver merangkap tour guide sangat mengandalkan google untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kita. Dimanapun, kapanpun dia akan dengan lincah meng-google di handphonenya. Bahkan saat menyetir di pinggir jurang terjal. Hahaha. Customer service yang sangat OK, tapi bikin customer terdiam seribu bahasa karena panik.

Sama dengan penduduknya, landscape di sini juga sangat eksotis! Keluar dari Marakesh, kita menyetir menuju Ouzzarzate lewat High Atlas Mountain. Rajanya gunung di Afrika Utara. Ada banyak jalur menyusur High Atlas. Kami mengambil salah satu yang paling terkenal: Tizi n'Test, Tizi n'Tichka. Jalurnya penuh liku-liku. Tapi nggak terlalu mengerikan karena pemandangannya memang cantik. Sesekali kita melewati kebun kurma, deretan kasbah atau perkampungan suku Berber. Sekalipun jalur ini ngga terlalu makmur, tapi soal kebersihan… again.. JUARA! Mereka pantas untuk hadiah piala Adipura. Ngga ada deh pemandangan sampah ngumpul atau botol aqua bertebaran. Mungkin daerahnya bermoto: kasbah beriman! Bersih, Indah & Nyaman.

Beginilah liku-likunya jalan di High Atlas Mountain.

0

Thursday, 1 August 2013

Saya sangat suka melihat kota-kota yang mampu dengan harmonis menghadirkan kehidupan modern tanpa menghilangkan unsur tradisi dan budaya setempat. Kalo di Indonesia, contohnya Yogya, Solo dan Bali. Nah, kalo di Maroko, contohnya adalah Marakesh. Kotanya sangat berkarakter. Saya dan teman-teman memilih untuk tinggal di dalam Medina biar bisa merasakan khasnya kehidupan sehari-hari Mariachi, tepatnya di Riad Farniente. Kami tiba di tengah malam buta, setelah 3 jam perjalanan kereta dari Casablanca yang melelahkan. Muhammed, penjaga rumah, membukakan pintu dengan ramah. Mukanya sih terlihat jelas kalau dia bangun tidur. Tapi, dia tetap dengan manisnya mempersilahkan kita masuk dan menyajikan teh maroko beraroma mints menenangkan. Walhasil, berikutnya kita langsung terlelap di kamar masing-masing.
posh room di Riad Far Niente
Esok hari, kami bangun dengan semangat. Pertama karena semerbak harumnya bau honey cake keluar dari panggangan. Muhammed bersikukuh nggak mau menghidangkan, kalo kami nggak menyingkirkan ipad, laptop dan handphone dari meja makan. Breakfast is meant for connecting with people in the table, demikian katanya. Kitapun mengalah dan patuh. Kedua, cuaca di luar pas banget. Sejuk. Jadi enak banget untuk jalan kaki keliling Medina yang dipenuhi dengan jalan setapak kecil dan rumah tanah liat dengan bentuk kotak yang khas. Suasana pagi cukup semrawut sebenarnya. Berbagai macam transpot bersliweran mulai dari petit taxi, keledai, sepeda, sepeda motor. Diperparah dengan minim-nya rambu lalu lintas. Jadi, mau nggak mau memang kitanya yang harus extra hati-hati ketika jalan kaki.

0

Duh, hampir sebulan lewat dari trip ke Maroko dan saya belum nulis apa-apa. Dasar pemalas! Baiklah..baiklah. Mumpung holiday mood sudah mulai merasuk, jadi kita pancing nulis lagi biar produktif.

Maroko…? Teman-teman hedon saya bertanya ngapain ke sana. Kenapa nggak ke Eropa saja? Kan tiket harganya sama. Alasan saya sih simple, ke Eropa sih bisa kapan saja. Nanti juga calon suami akan ajak bulan madu ke sana (cieee…!). Tapi mumpung masih muda, bertenaga, nggak ada beban.. lebih baik explore negara-negara yang sedikit susah. Dan serunya kan kali ini beramai-ramai dengan 4 teman lainnya. Persiapan menuju Maroko cukup kilat. Dalam waktu 3 minggu kita sudah langsung gerilya booking tiket, bikin itinerary, cari hotel dan mobil. Sepanjang hunting informasi, hampir di semua travel forum banyak sekali pertanyaan-pertanyaan soal amankan Maroko untuk women traveller. Hmm.. ada banyak gosip memang. Tapi saya coba jelaskan ya gosip vs fakta satu per satu.

#1. Orang Indonesia tidak perlu visa ke Maroko
   Ini adalah fakta sejati. Pembebasan visa untuk orang Indonesia ini merupakan hadiah khusus dari King Mohammed V buat Presiden Sukarno atas kunjungan pertama beliau ke Maroko di tahun 1960. Tampaknya bapak negara kita itu luar bisa dalam menjalin hubungan luar negeri. Tetangga bisa sayang banget. Ngga cuma visa yang di bebaskan, tapi juga dibuatkan nama jalan di Casablanca: Rue Soekarno. Proses imigrasi di Maroko cukup mudah dan simple, tidak ada form khusus yang harus di isi dan tidak harus mampir di visa on arrival juga.

3

Author