Panasnya gurun sudah makin terasa menggigit. Pemandangan pohon di pinggir jalan juga makin jarang saja. Kami sih jangan ditanya. Sudah mulai berhalusinasi melihat tukang jualan es cincau, es kelapa, es podeng. oh.. oh..oh. Mendadak saja merasa bersyukur dilahirkan di Indonesia yang gemah ripah loh jinawi. Nggak kebayang kalau tinggal di tengah tanah gersang ini. Muka memelas kami membuat Abdelillah kasihan. Sopir kami ini memang juara banget. Inisiatif sangat tinggi. Langsung deh dia parkir di supermarket yang jualan es krim dan punya air mineral dingin. Nyessss.. rasanya!!
Dan ngomong-ngomong rasa bersyukur, puncaknya sih pas kita sampai di Ait Benhaddou. Sebuah perkampungan asli suku Berber dengan bangunan berarsitektur khas Maroko Selatan. Sedikit dari tipe bangunan yang mulai langka karena orang Maroko mulai beralih ke bangunan modern. Konstruksinya yang terbuat dari tanah kering dan tanah liat memerlukan perawatan khusus dan mulai rapuh karena terpaan badai atau hujan. Maka dari itu UNESCO mengadopsinya menjadi salah satu World Heritage.
|
Ksar Ait Benhaddou. Sisa-sisa kejayaan jalur perdagangan Marakesh-Sahara-Timbuktu. |
|
Semuanya dari tanah liat |
Kompleks bangunan di Ait Benhaddou ini disebut Ksar, terdiri atas 6 kasbah dan sekitar 50 rumah. Terletak di kaki bukit Souss-Massa-Draa dan dibingkai oleh Sungai Ounila. Pas dijelasin sama Jamal si tour guide, kami manggut-manggut saja. Mana sungainya ya? Secara semuanya tanah kering begini. Ternyata, tanah di depan kami, dikala winter menjelma menjadi sungai yang mengisolasi Ksar diseberangnya. Berat nian perjuangan hidup penduduk Ait Benhaddou ini, selalu ada di situasi ekstrem antara kekeringan atau kebasahan. Menurut informasi Jamal, dulunya desa Ait Benhaddou ini adalah tempat perhentian karavan yang mengangkut garam, emas, dan budak dari Sahara ke Marakesh. Sejumlah pedagang kaya bermukim di sini. Makanya beberapa bagian tampak seperti benteng istana kecil dihiasi ukiran dekoratif yang khas.
Tantangan berikutnya adalah trekking menyeberang sungai kering dan mendaki bukit untuk masuk ke perkampungan Ait Benhaddou. Bayangin, 38 derajat celcius ya. Berbekal botol minuman dan tarikan napas panjang, niatpun di bulatkan. Ngga rugi sebenarnya. Karena nuansa-nya memang sangat unik. Lorong kecil bebatuan yang dipulas dengan tanah liat, berasa menyatu dengan warna bangunan. Kabarnya, kalau malam lebih keren lagi karena cahaya lampu dari dalam rumah akan membuat tembok tanah liat itu berpendar oranye. Hmm.. keren.
|
rumah yang menyatu dengan badan bukit. |
|
salah satu bekas rumah saudagar. temboknya lebih banyak detail ornament. |
|
Salon du The. Tempat minum teh sambil menikmati pemandangan Ksar dari rooftop |
Pemandangan yang unik dan khas membuat tempat ini banyak dijadikan tempat syuting film Hollywood dengan setting Timur Tengah atau Romawi kuno. Yang ternyata beberapanya adalah film favorit saya. Gladiator, Babel, Prince of Persia.. WOWWW!!!
|
Daftar film yang syuting di Ait Benhaddou |
No comments:
Post a Comment