Thursday, 1 August 2013

Marakesh: Tantangan Nyasar di Medina dan Bazaar

Saya sangat suka melihat kota-kota yang mampu dengan harmonis menghadirkan kehidupan modern tanpa menghilangkan unsur tradisi dan budaya setempat. Kalo di Indonesia, contohnya Yogya, Solo dan Bali. Nah, kalo di Maroko, contohnya adalah Marakesh. Kotanya sangat berkarakter. Saya dan teman-teman memilih untuk tinggal di dalam Medina biar bisa merasakan khasnya kehidupan sehari-hari Mariachi, tepatnya di Riad Farniente. Kami tiba di tengah malam buta, setelah 3 jam perjalanan kereta dari Casablanca yang melelahkan. Muhammed, penjaga rumah, membukakan pintu dengan ramah. Mukanya sih terlihat jelas kalau dia bangun tidur. Tapi, dia tetap dengan manisnya mempersilahkan kita masuk dan menyajikan teh maroko beraroma mints menenangkan. Walhasil, berikutnya kita langsung terlelap di kamar masing-masing.
posh room di Riad Far Niente
Esok hari, kami bangun dengan semangat. Pertama karena semerbak harumnya bau honey cake keluar dari panggangan. Muhammed bersikukuh nggak mau menghidangkan, kalo kami nggak menyingkirkan ipad, laptop dan handphone dari meja makan. Breakfast is meant for connecting with people in the table, demikian katanya. Kitapun mengalah dan patuh. Kedua, cuaca di luar pas banget. Sejuk. Jadi enak banget untuk jalan kaki keliling Medina yang dipenuhi dengan jalan setapak kecil dan rumah tanah liat dengan bentuk kotak yang khas. Suasana pagi cukup semrawut sebenarnya. Berbagai macam transpot bersliweran mulai dari petit taxi, keledai, sepeda, sepeda motor. Diperparah dengan minim-nya rambu lalu lintas. Jadi, mau nggak mau memang kitanya yang harus extra hati-hati ketika jalan kaki.


Sedapnya honey cake, moroccon bread dan susu segar.
Medina yang acak adul tapi eksotis
Pagi ini, tujuan pertama ada Le Jardin Majorelle. Sebuah taman cantik yang dibuat oleh pelukis Jaques Majorelle, menghadirkan koleksi ragam tanaman dari berbagai belahan dunia. Dan tentunya, saya ndak terlalu tertarik dengan nama-nama tanaman dan godaan narsis jauh lebih kuat. Soalnya, di sini warna bangunan, tanaman dan lay out tamannya cantik sekali. Bagus banget buat foto-foto. Warna orange dan biru terang, dibingkai tanaman kaktus tinggi menjulang dan lambaian bunga bugenvil. Indah!!

Le Jardine Majorelle
Kaktus raksasa di Le Jardine Majorelle
Yves Saint Laurant menjadi salah satu designer yang jatuh cinta berat dengan taman ini. Pas tahu taman ini mau dibongkar untuk dijadikan hotel, dia nggak rela. Langsung deh dia mati-matian berusaha menggagal project tersebut, sampai akhirnya ngga ada jalan lain selain membeli taman cantik ini. Di salah satu sudut, ada Gallery of Love dimana YSL memamerkan poster-poster yang dia buat dari tahun 1970-an setiap menjelang tahun baru. Semua poster bertemakan cinta, makanya museum ini dinamakan Gallery of Love.
YSL's Gallery of Love

Siang hari, peruntungan kurang bagus. Cita-citanya sih kami ingin keliling ke beberapa istana. Di Marakesh ada El Bahia Palace & Al Badi Palace, yang masuk ke daftar wajib kunjung di trip-advisor. Tapi dasar ndak jodoh, El Badi Palace lagi direnovasi dan baru buka lagi di bulan Oktober nanti dan El Bahia Palace ditutup karena ada event khusus. Sia sia deh banjir keringat ini. Kesialan masih berlanjut ditujuan berikutnya: Museum Dar Si Said. Sebuah museum yang menyimpan artefak dan benda budaya dari penjuru Maroko. Kalo pepatah bilang, "ada banyak jalan menuju Roma", di sini kebalikannya: hati-hati ada banyak jalan nyasar yang nggak nyampai Dar si Said.  Kami harus melewati lorong-lorong imut dengan penduduk lokal agak-agak sotoy bilang "Museum this way!". Next time, jangan percaya sama mereka ya. Karena merekalah yang bikin kami nyasar dan sampai di tujuan pas banget dengan jam museum tutup. Jeng.. Jeng...Kami cuma bisa melap keringat yang sudah sudah bercucuran sebesar biji jagung.
Warna warni bazaar Djemaa El-Fna

Untungnya, Dar si Said terletak bersebelahan dengan Djema El-Fna, area bazaar terbesar di Afrika Utara. Oh ladies.. kalian sih harus pastikan bawa dirham yang banyak di sini. Tempat ini benar-benar happening. Sepanjang lorong dipenuhi dengan deretan toko-toko kecil menjual souvenir, jeelaba, kaftan, karpet, bumbu... palugada ( apa lu mau, gue ada) banget!! Dan tentunya para shopping queens yang jalan bareng saya langsung bling bling. Apalagi, buat yang hobi nawar. Seru banget tawar menawar di sini. Para pedagang tahu aja caranya merayu dan bikin kita ge-er trus lupa diri. Tapi ada juga beberapa pedagang yang pakai trick a la orang marah. Kalo di tawar ngamuk. Yah, cuekin saja ya. Djema El-Fna lumayan luas dan bikin gempor. Kami berputar-putar lebih dari 5 jam dan membawa pulang beberapa jeelaba, karpet, suvenir. hahaha. 

Djemaa El-Fna. Makin malam makin ramai dan meriahh
Semakin malam, bazaar ini makin seru. Di area luar, penduduk lokal berkerumun menyaksikan art performer. Mulai dari perlombaan norak semacam masukin pensil ke dalam botol,   atau lomba memancing ikan mainan, permainan tradisional dan pertunjukan musik tradisional. Melihat berarti bayar, walaupun judulannya hanya menoleh sesaat. Pelajaran buat next time, sekalipun penasaran, kalo ndak niat ya jangan noleh deh daripada di todong 10 dirham :(

INFO:
  • Hotel : Riad Farniente (http://www.booking.com/hotel/ma/riad-farniente.en.html)
  • Le Jardine Majorelle: semua informasi komplit ada di sini http://www.jardinmajorelle.com/
  • Menawar untuk taxi: bisa benchmark harga seperti di Jakarta. Lihat di peta untuk jaraknya, +/- 20 Dirham dari satu titik ke titik lain.

No comments:

Post a Comment

Author